
Oke, hampir sama pula dengan Tsotsie. Tema yang diangkat tak jauh-jauh dengan kekerasan dan kekejaman seorang gangster berkulit hitam. Di Afrika Selatan, gangster kulit hitam disebut dengan istilah Tsotsie. Setiap harinya, gangster ini mencari korban-korban baru, mulai dari membunuh, memperkosa, merampok, bahkan menculik dengan uang tebusan tak segan-segan dilakukan. Semuanya demi satu tujuan, kepuasan dan uang.
Suatu waktu, tokoh bernama Tsotsie yang sebelumnya sudah kenyang dengan dunia hitam mencoba untuk berkontemplasi setelah menemukan seorang bayi. Ia tersentuh oleh kenyataan bahwa bayi yang dilahirkan masih belum tersentuh oleh dosa, sebuah pandangan tentang arti kemurnian, dan pembersihan diri. Sebuah hakekat yang mempertanyakan tentang arti sebuah hubungan, kekeluargaan, dan cinta. Bahwa manusia bisa dihadapkan pada pilihan antara hitam atau putih. Hitam untuk lebur dalam kegelapan dan putih untuk lebur dalam kebaikan.
Di sini, seolah-olah mengungkapkan kembali sebuah makna kebaikan dan kejahatan itu sendiri. Apa itu jahat? apa itu baik? kenapa bisa begitu? semuanya bisa ditelaah dan dianalisa. Bagaimana lingkungan membentuk pribadi dan kekuatan sebuah hasrat serta nurani. seberapa semuanya berpengaruh dan membentuk kepribadian.
Waduh, ribet ya..the point is...dimana pun kalian bergaul dan tumbuh, kekuatan hari nurani tidak akan luntur. sebuah kesadaran akan mencari hakekat kebenaran. seperti kata pepatah, "seorang penjahat besar sekalipun tidak akan menginginkan anaknya untuk menjadi penjahat seperti dirinya." Klise, tapi tetap mengena. Enjoy this!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar