
Alur cerita terjaga ketat melalui logika pemikiran yang tertata baik. Pram, seperti biasa asyik bermain-main degan sejarah yang dibalut fiksi, namun ketajaman tulisan seperti tak lekang waktu. Boleh jadi, kisah seperti ini representasi dari kondisi yang senantiasa terjadi pada masyarakat. Bahkan hingga kini. Dan, dengan fasih dituangkannya dalam bentuk tulisan- yang selain saya kecewa karena duologi lanjutannya hilang, juga masih belum jelasnya alur pada bab-bab awal. Rasanya, sebagai introduksi terlalu panjang. Jadi, biar saya berusaha konsisten menikmati susastra yang dimainkan, saya sedikit nakal. Mencoba baca halaman selanjutnya. Toh, saya masih bisa mengikuti alur selanjutnya. Beberapa kondisi juga sedikit digampangkan. Misal, betapa mudahnya Mardinah jatuh cinta dengan si pendongeng yang dianggap sinting oleh warga kampung?
By the way, karya ini wajib dikoleksi bagi pecinta Pram. Sebab novel ini turut menyumbangkan cerita realitas tentang kondisi yang terjadi pada masyarakat, baik dulu hingga saat ini. Masih terasa relevan dibaca sekarang pun. Dan, Pram memang tetap konsisten dengan hal ini hingga maut menjemputnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar